Kamis, 15 April 2010

Tragedi Priuk Berdarah

Beberapa hari yang lalu, hingga hari ini masih hangat pembicaraan tentang tragedi 'perang rakyat kecil melawan rakyat besar', tragedi perang antar warga dan satpol PP didaerah makam habib" Mbah Priuk" daerah tanjung priuk, Jakarta Utara.
Ada rasa pilu yang menyayat hati ketika mnyaksikan perang itu di TV. di era zaman yang disebut modern, serba canggih ini kenapa hukum rimba yang dipakai. yang kuat melawan yang lemah, yang lemah pasti kalah. dimana hati nurani orang-orang itu, saya menyaksikan sebagai seorang warga yang sama2 mengaku "rakyat" bangsa ini melihat dengan mata kepala sendiri betapa tidak berharganya jiwa seseorang, dipukuli dengan tongkat bertubi-tubi, ditendang hingga berkali2, ditindih dengan badan sambil meloncat, padahal orang yang dianiyaya itu mungkin sudah mati. Perih rasanya melihat itu semua. dimana nurani orang-orang itu, yang katanya manusia itu punya hati. ingin menangis, miris, siapa yang perduli dengan semua ini. Adakah pemimpin negeri ini merasa takut, ketika maut menjemputnya dialah yang pertama kali akan ditanya. yang mungkin didunia masih bisa melempar-lempar tanggung jawab kepada siapa saja. Dua pihak yang menyerang maupun yang diserang mengalami perlakuan yang sama, hingga darah menetes, banyak jiwa tercabut nyawa. Haruskah sedemikian besar pengorbanan anak bangsa ini mempertahankan haknya??? Bukankah Undang-Undang berkata kami berhak untuk hidup dinegeri ini. Lalu kenapa, begitu mudah tanah warga dirampas, untuk kepentingan segelintir orang, yang akhirnya jika bencana datang, rakyat kecil yang lebih dahulu menjadi korban. Haruskah setiap jengkal tanah yang dipertahankan untuk kelestarian alam dibayar dengan nyawa. Entahlah pertanyaan ini untuk siapa, adakah yang masih mempunyai telinga untuk mendengar ini semua.
Ini, hanyalah satu epilog duka negeriku, ada banyak duka berganti menyayat hati setiap hari. Dan yang ku rasakan mungkin besok entah lusa entah berapa lama lagi negeriku berduka. negeri yang mayoritas beragama Islam, bahkan Islam terbesar didunia, tapi malu dengan ke-Islam-annya, bangga sebagai bangsa terkorup, bangsa dengan banyak sekali balita bergizi buruk, bahkan perokok balita. Bangsa yang sudah putus asa, dengan banyaknya jiwa yang sengaja menghilangkan sendiri nyawanya. INI Bangsa ku, bangsa kita, Bangsa Indonesia.

1 komentar:

  1. kalau kata orang, kepribadian seseorang itu hilang di tengah kerumunan. malunya hilang, belas kasihannya hilang, kemanusiaannya hilang.

    BalasHapus