Minggu, 04 Juli 2010

Perjalanan mengingat GAZA



Beberapa hari yang lalu, langkahku terayun menuju salah satu masjid dalam kawasan SDIT di salah sudut kota Depok. sms dari seorang teman menuntunku menuju tempat itu. yah, setengah hati melakoninya sebenarnya, karena acara di masjid itu tepat pukul 1 siang, yang artinya matahari begitu terik, ditambah macetnya jalan margonda(seperti biasa) membuat perjalananku semakin terasa berat. tapi, entahlah, hatiku berkata:kebaikan harus dipaksakan! seraya bergumam dalam doa semoga fikiran, hati, dan ragaku seiya-sekata dalam ikhlas. perjalan yang cukup memeras hati, tenaga, dan fikiran itu, akhirnya berlalu. Entahlah, ada yang cukup aneh sebenarnya (menurutku!) Allah memberiku hadiah, tiba2 saja diujung kelelahanku datang seorang ibu yang tidak aku kenal menawariku naik kendaraan motornya menuju tempat yang sama yang juga aku tuju. tidak sempat aku menanyakan nama orang baik itu, cepat2 ibu itu berlalu dan hanya tersenyum kepadaku. Ya, Sepertinya ibu itu hanya mengharap balas dari Allah saja. Tidak berlama-lama, aku langsung memasuki masjid itu. tidak ada orang yang ku kenal, aku bersabar, sepertinya acara belum dimulai, tidak lama pembicaranya datang, itu mereka, adalah ibu Santi sukanto dan suaminya pak Dzikrullah yang belum lama populer karna muncul dibeberapa stasiun televisi. Ibu Santi, dengan gamis dan jilbab serba hitam, tidak mengurangi keanggunannya, terlihat sangat ramah, begitupun suaminya, dengan peci cepluk putih, mengingatkanku akan sosok dai kondang, Arifin Ilham. setelah sedikit berbasa-basi, mulailah mereka berbicara tentang Palestina. Tentang pengalaman yang mungkin seumur hidup tidak akan pernah mereka lupakan. pengalaman yang mereka yakini sudah tertera di lauhul mahfuzh lama sebelum mereka ada. penyerangan yang mereka syukuri, karna dengan itu, dunia tau siapa teroris sebenarnya, pengalaman yang tidak pernah mereka sesali, dan tidak sedikitpun membuat mereka gentar dan takut untuk kembali ke Gaza. hatiku bicara, Begitu dalamkah Allah menanamkan cinta akan tanah jihad palestina, Begitukah cara Allah menguatkan hati orang2 beriman, hingga tidak ada rasa takut meski harus berkorban nyawa. Aku merasa tertegur, teringat kata2 seorang ustadz : nurani harus terus di asah, jangan biarkan mengeras, hingga tak bisa lagi merasa, nauzubillah. bersyukur aku hadir kala itu, kesibukanku sebagai istri dan ibu melalaikanku mengingat Gaza. terhenyak mendengar puisi karya Taufik Ismail tentang Gaza... " Masihkah kami mengingatmu Palestina...."

Tidak ada komentar:

Posting Komentar